Jumat, 27 Maret 2009

Kacang Kedelai Dapat Mencegah Kanker dan Kebotakan

Kacang kedelai banyak manfaatnya bagi kesehatan. Pesan yang biasa dilontarkan banyak orang itu benar adanya. Sejumlah unsur aktif dalam kacang kedelai memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh kita.

Diantaranya, mampu mencegah kanker, termasuk kanker prostat yang menyebabkan pria kehilangan kemampuan seksual. Juga bermanfaat mencegah kebotakan. Hal itu disebabkan kacang kedelai atau makanan olahan seperti tahu atau tempe, memicu produksi molekul pencegah kanker prostat dan kebotakan pada pria.

Molekulnya disebut Equol, dihasilkan disaluran pencernaan, ketika produk makanan dari kacang kedelai dicerna.

Hal ini merupakan hasil penelitian lanjutan yang dilakukan tim peneliti Universitas colorado, Universitas Brigham Young dan Rumah Sakit Anak-Anak Cincinnati. Penyebabnya, warga Jepang mengkonsumsi kacang kedelai dalam bentuk olahannya yakni tahu, dalam jumlah cukup banyak.

Inilah yang menjelaskan, mengapa kasus kanker prostat dikalangan warga jepang, relatif kecil. Equol yang dihasilkan, ketika mencerna kacang kedelai, terbukti merupakan pelindung serangan kanker dikalangan warga Jepang.

Salah satu penjelasan logisnya, Equol yang menghambat fungsi hormon yang merugikan, tapi membiarkan hormon yang menguntungkan, mencegah proses kebotakan akibat gangguan hormonal tersebut. Juga khasiat Equol, yang berfungsi mendorong aktifitas hormon wanita estrogen, diduga menghambat proses rontoknya rambut akibat pengaruh hormon lelaki testosteron.

Konsumsi makanan olahan dari kacang kedelai seperti tempe meningkatkan daya tahan terhadap kanker.

Senin, 16 Maret 2009

Slank...oh Slank...........

Di awal dekade 1990-an, lima anak muda tampil di layar TVRI. Dengan gaya seenaknya meski agak sedikit kikuk, mereka menyanyikan lagu dalam iringan musik rock ‘n’ roll yang keras: “Memang, kantongku memang kering. Jangan menghina, yang penting bukannya maling. Memang, jaketku memang kotor. Jangan menghina, yang penting bukan koruptor……” Kelima anak muda yang tergabung dalam grup Slank itu–Bimbim (drum), Kaka (vokal), Pay (gitar), Indra (kibor), dan Bongki (bas)—tengah menyanyikan lagu Memang dari album Suit Suit He He. Saat itu, sesungguhnya publik tengah menjadi saksi: musik rock Indonesia tengah memasuki fase baru.

Sejak kemunculannya, Slank telah menjadi semacam gerakan kultural di kalangan anak muda. Mereka menempatkan rock ‘n’ roll tak hanya sebatas musik, tetapi juga sebagai sikap, pilihan hidup, dan senjata melawan kemapanan. Bahkan ketika formasi personel mereka berganti menjadi Bimbim (drum), Kaka (vokal), Abdee (gitar), Ridho (gitar), dan Ivanka (bas), semangat itu tidak juga padam. Cikal bakal Slank sebenarnya telah ada sejak tahun 1983, ketika masih bernama Cikini Stones Complex (CSC) yang menyanyikan lagu-lagu The Rolling Stones. Namun, tonggak terpenting pengaruh Slank terhadap musik Indonesia terjadi pada tahun 1990-an, sejak mereka mengeluarkan album Suit Suit He He.

Kekuatan utama Slank sesungguhnya terletak pada kemampuan mereka mengartikulasikan suara dan sikap anak-anak muda. Di sisi lain, warna musik mereka –ditambah gaya mereka yang seenaknya—memancarkan gelora pembebasan. Sejak awal kemunculannya, mereka lebih banyak membebaskan pikiran anak-anak muda dari kungkungan kultur konvensional. Semangat pembebasan itu terlihat dalam menyikapi berbagai persoalan, dari mulai urusan percintaan, birokrasi korup, budaya feodalisme, pembabatan hutan, kesenjangan ekonomi, masalah politik, dan lain-lain. Sikap itu tentunya disuarakan dalam gaya khas anak muda. Misalnya, kejengkelan mereka terhadap proses regenerasi kepemimpinan di negeri ini, terlihat dalam lirik lagu lagu Utopia: “…Cuci kaki saja, pada tidur semua. Biar kami saja yang jaga malam. Kalian sudah tua…. Minggir…!!”

Sikap dan gaya Slank yang apa adanya, serta kemampuan mereka mengartikulasikan gelora anak muda, telah melahirkan fanatisme yang luar biasa. Pendukung fanatis mereka yang menamakan diri Slanker diperkirakan mencapai jutaan orang, dan terus beregenerasi sejak tahun 1990-an hingga kini. Slank sendiri memproklamirkan generasi Slanker ini sebagai “generasi biru”, seperti mereka suarakan dalam lagu Generasi Biru: “..Aku bukan pion-pion catur. Aku gak suka diatur-atur. Jangan coba halangi aku, karna aku generasi biru……. Biarkan terbuka lebar, gak perlu tutup mataku. Aku ingin melihat jelas. Ini zaman generasi biru. Oh biarkanku teriak lantang, untuk apa sumbat mulutku. Aku ingin menyanyi keras. Ini lagu generasi biru…”

Namun, meski gaya komunikasi Slank sangat apa adanya, ternyata elite yang ada di institusi kenegaraan masih ada yang kesulitan mencernanya. Gayus Lumbuun dari Badan Kehormatan DPR sempat mempersoalkan lagu Slank berjudul Gosip Jalanan, yang bagian liriknya antara lain berbunyi: “mau tau gak mafia di Senayan? Kerjanya tukang buat peraturan. Bikin UUD, ujung-ujungnya duit.” Sikap anggota DPR ini menggelikan sekaligus memprihatinkan. Menggelikan, karena tiba-tiba anggota DPR menjadi “polisi” bagi standar kualitas dan nilai moral suatu karya seni. Memprihatinkan, karena DPR begitu gagap mencerna aspirasi yang berasal dari bawah. Ini bisa menjadi pertanda bahwa DPR tidak peka terhadap persepsi masyarakat tentang DPR. Bagaimana DPR bisa bercermin melihat dirinya sendiri jika mereka tidak mengakomodasi suara sebagian masyarakat yang muak dengan perilaku sejumlah anggota DPR.

Slank sendiri tidak perlu bersusah-payah mengeluarkan argumen. Jawaban itu datang dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK): seorang anggota DPR ditahan karena dugaan kasus suap. Dan yang lebih penting lagi bagi Slank, kreatifitas mereka tidak bisa “diganggu”, seperti tergambar dalam lagu mereka berjudul Percuma:
Aku orang bebas, yang terbang melayang seperti angin. Aku ini orang bebas, dan tak akan bisa dikuasai.