Senin, 12 Januari 2009

MERAUP UNTUNG DI LAHAN SEMPIT


Lahan hijau di perkotaan semakin sempit. Sebagian besar beralih fungsi untuk kawasan pemukiman, pabrik, bahkan vila-vila mewah. Akibatnya, semakin sempit pula lahan-lahan bagi orang kota untuk menyalurkan hobinya bercocok tanam. Keluhan seperti itu, muncul di mana-mana, terutama bagi warga kota yang tinggal di perumahan-perumahan. Sempitnya bangunan membuat mereka menghabiskan lahan-lahan sisa untuk memeperluas rumah. Nyaris tidak ada sisa untuk ruang hijau yang dapat menyejukkan mata. Nah, lalu bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut? Sebenarnya kondisi yang tercipta lantaran keterpaksaan tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan sistem vertikultur. Bagi pemerhati pertanian, mungkin istilah ini sudah tidak asing lagi. Tetapi bagi orang awam, mereka pasti akan bertanya-tanya, seperti apakah sistem bercocok tanam yang katanya dapat menyiasati lahan sempit itu?

Istilah vertikultur berasal dari bahasa Inggris verticulture, yang merupakan penggabungan dari kata vertical dan culture. Artinya, budidaya tanaman yang dilakukan dengan cara bertingkat atau bersusun. Ya, sistem ini memang menggunakan rak bertingkat. Rak inilah yang akan menampung pot-pot atau media tanm lainnya. Secara prinsip sistem ini tidak berbeda dari cara bercocok tanam di kebun atau sawah. Perbedaannya hanya terletak pada lahan yang digunakan, dimana sistem vertikultur lebih efisien.

Untuk pemilihan bahan tanaman, sebaiknya pilihlah tanaman semusim, misalnya sayuran. Dapat juga tanaman obat yang berguna bagi kesehatan atau tanaman hias sebagai penghias ruang bahkan dapat dijadikan usaha sampingan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya atau bahkan Surakarta terutama di perumahan-perumahan, dimana luas lahan semakin sempit sangatlah butuh untuk diterapkan sistem seperti ini. Sebab sistem inilah yang dianggap mampu mengobati kerinduan utnuk “kembali ke alam” sekaligus dapat menyalurkan hobi, bahkan menambah pendapatan keluarga.

Suasana rumah pun menjadi asri, Bukan hanya itu, sistem ini juga cocok untuk dikembangkan di kawasan rawan banjir. Sebab tanaman yang diletakkan di posisi paling bawah pun biasanya berjarak sekitar 50 cm dari tanah. Jika genanngan air kurang dari 50 cm, maka selamtlah semua tanaman. Kalau genangan melebihi 50 cm, pemilik yang sudah biasa membaca “kebiasaan banjir” di rumahnya dapat segera bersiaga. Misalnya, memindahkannya ke tempat yang lebih tinggi atau yang lebih aman. Kalau rumahnya bertingkat maka dapat dipindahkan ke lantai atas.

Murah dan Mudah

Sebenarnya tidak sulit membuat vertikultur di rumah masing-masing. Biaya pembuatannya juga relatif terjangkau. Bahan baku untuk membuat raknya dalah kayu, bambu atau papan. Modelnya disesuaikan dengan selera masing-masing. Kita dapat memilih model persegi panjang, segitiga berjenjang atau model anak tangga. Yang terpenting, kerangka ini dapat menopang beban beberapa jenis tanaman, termasuk pot-potnya. Sedangkan panjang dan lebar rak tergantung luas tanah yang dimiliki. Bahkan kalau sudah tidak ada lahan lahan kosong, rak bertingkat juga dapat ditempatkan di bagian teras depan/belakang/samping atau malah di lantai atas rumah, jadi sangat fleksibel.

Rak terbawah diusahakan berjarak minimal 30 cm dari lantai/tanah. Ini untuk menghindari serangan hama pengganngu. Tetapi kalau tempat tinggal termasuk daerah langganan banjir, sebaiknya rak terbawah berjarak 50 cm dari permukaan tanah/lantai. Di atas rak-rak inilah kita dapat meletakkan media tanam. Wujudnya tidak harus pot, dapat berupa bekas kaleng cat, ember bekas, potongan botol plastik berdiameter agak besar. Kalau mau lebih rapi tapi murah dapat menggunakan polibag.

Kita dapat memilih jenis tanaman sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Jika ingin menghemat pengeluaran belanja sayuran maka sebaiknya ditanamaneka jenis sayuran. Mulai dari tomat, cabai, terung, bayam, kangkung, dan lain-lain. Jika ingin menikmati buah hasil budi daya sendiri, pilihlah tanaman buah yang sudah akrab dalam model tabulampot (tanaman buah dalam pot), seperti jeruk, strawberry, mangga, jambu, dan lain-lain. Namun, jenis tanaman apapun yang dipilih, tentu harus disesuiakan dengan keadaan topografi di daerah masing-masing. Tak mungkin di daerah Semarang menanam strawberry, karena tanaman ini hanya tumbuh baik di daerah berhawa sejuk. Kita juga dapat menanam berbagai macam tanaman obat seperti temulawak, jahe, kapulaga, brotowali, kencur, mahkota dewa, dan lain-lain.

Tidak sedikit pula hobiis yang mengkombinasikan aneka tanaman, mulai dari sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias. Jika itu menjadi pilihan maka tanaman sayuran sperti cabai, selada atau sawi harus diletakkan di rak paling atas sebab tanaman-tanaman tersebut membutuhkan sinar matahari yang cukup. Sedangkan tanaman obat ditempatkan di rak bagian tengah dan tanaman sayuran lainnya seperti seledri, kangkung dan bayam diletakkan di rak bawah. Untuk mengtahui karakteristik tanaman sayuran, tanaman obatjuga tanaman hias, maka sebaiknya kita mesti banyak mempelajarinya melalui internet, buku-buku literatur atau baertanya kepada ahlinya.

Penanaman dan Pemeliharaan

Penanaman bibit tanaman untuk sistem vertikultur ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara konvensional. Sebelum menanam, kita harus mengetahui karakteristik tanaman yang akan ditanam. Apakah bibit tanaman itu mesti disemai dulu atau langsung ditanam. Tujuan penyemaian ini diharapkan agar bibit tanaman seragam dalam hal bentuk maupun umur dapat seragam satu sama lain.

Benih yang perlu disemai antara lain selada, cabai, dan tomat. Sedangkan bibit yang dapat langsung ditanam misalnya kangkung dan bayam. Untuk proses persemaian ini tidak berbeda dengan cara konvensional. Kita dapat menyiapkan wadah, misalnya nampan plastik/kotak kayu. Campurkan kompos dan arang sekam dengan perbandingan 1:1, aduk hingga rata kemudian masukkan dalam wadah yang telah disiapkan. Taburkan benih secara merata, kemudian timbun dengan pasir halus. Penyiraman dilakukan secara rutin, sekali setiap hari. Gunakan semprotan/hand sprayer yang berlubang kecil agar air siraman yang keluar tidak terlalu deras.

Untuk mengelola bibit yang langsung ditanam serta bibit hasil persemaian yang telah siap tanam, siapkan dahulu media tanam yang terdiri dari tanah, pasir halus dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam kemudian dimasukkan ke dalam pot atau wadah lain yang telah disiapkan. Tebarkan 3-5 benih yang langsung ditanam ke dalam pot/wadah. Untuk bibit hasil persemaian, pemindahan ke rak baru dilakukan jika telah tumbuh 3-4 helai daun.

Pemeliharan tanaman pada sistem vertikultur tidak berbeda jauh dengan cara konvensional. Penyiraman dilakukan secara teratur, minimal sehari sekali untuk menjaga tanaman tetap segar. Penyiangan dilakukan secara rutin, terutama dengan mencabuti tanaman pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman. Pemupukan juga perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Pada umur 7 hari setelah tanam, berikan atu sendok makan urea (sekitar 10 gram) yang dilarutkan dalam 10 liter air. Minggu kedua, berikan pupuk yang sama ditambah dengan pupuk daun atau pupuk mikro sesuai kebutuhan. Pada minggu berikutnya, berikan tiga sendok makan urea, dua sendok makan TSP dan dua sendok makan KCL. Pada minggu keempat dan seterusnya berikanlah setengah sendok makan pupuk urea, tiga sendok TSP dan tiga sendok KCL.

Pertanian Masa Depan

Tidak berlebihan jika sejumlah pengamat pertanian menganggap vertikultur sebagai solusi pertanian masa depan, yang hemat lahan, aman bagi lingkungan, dan dapat dijadikan usaha sampingan. Sebab hampir semua jenis tanaman semusim, yang pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, dapat ditanam melalui sistem vertikultur. Jenis syuran yang cocok antara lain sawi, selada, tomat, cabai, terong, kailan, seledri, bayam dan kangkung.

Hasil panen tanaman yang dikembangkan secara vertikultur ternyata tidak jauh berbeda dari penanaman secara konvensional (menanam di tanah). Tanaman bayam dapat mulai dipetik pada hari ke-28, cabai umur tiga bulan, sawi dan selada sekitar umur 40 hari, serta terong dan pare mulai berbuah pada umur tiga bulan.

Menyantap sayuran hasil budi daya sendiri tentu jauh lebih lebih nikmat daripada membeli di pasar tradisional maupun supermarket. Selain menghemat uang belanja, ada kepusan batin yang tidak dapat diceritakan. Jika kita mau tekun dan mau bekerja keras dalam mengembangkan vertikultur ini, Insya Allah bukan tidak mungkin usaha ini menjadi lahan bisnis yang dapat menghasilkan rupiah yang bernilai tinggi.

2 komentar:

  1. ada artikel khusus pertanian seledri vertikultur tak? kalau ada, tlg share ke aku ya
    lellia@mail.com
    thx banget

    BalasHapus
  2. terimakasih gan nih informasinya. saya bisa gunain halaman rumah nih, buat lahan. lumayan buat penghasilan tambahan.

    BalasHapus